BROT Agustus 2024
KEKUASAAN atau PELAYANAN?
Perikop : 2Kor.4: 7-15; Mzm.126: 1-2ab, 2cd-3, 4-5, 6;
Injil : Mat.20: 20-28
Pada pesta Santo Yakobus (Tua) ini melalui Bacaan-bacaan Suci hari ini, Gereja
ingin mengingatkan kita akan misi yang sebenarnya mengikuti KRISTUS. Orang
rela untuk dibaptis dan menjadi pengikut setia KRISTUS, tujuannya untuk apa?
Cari jabatan? Meraih kekuasaan? Menggapai popularitas? Atau mau
melayani?
Seperti kondisi Petrus dan kawan-kawan Rasul yang lain, kakak beradik
Yakobus dan Yohanes, anak Zebedeus, sebelum menerima ROH KUDUS
memang belum sadar akan misi kedatangan KRISTUS di dunia ini dan apa yang
menjadi tugas para Rasul selanjutnya. Meskipun mereka sudah hampir tiga
tahun bersama-sama dengan TUHAN YESUS dan mendengarkan serta
menyaksikan langsung apa yang diajarkan dan dilakukan YESUS, tetapi
persepsi mereka tentang Mesias memang berbeda sekali dengan YESUS.
Mereka tetap beranggapan bahwa Kerajaan ALLAH yang akan didirikan oleh
YESUS tidak berbeda dengan “Kerajaan Romawi” atau kerajaan-kerajaan lain.
YESUS yang akan menjadi Raja, maka layaklah kalau para Rasul ini akan diberi
jabatan penting dalam Kerajaan KRISTUS itu. Mungkin karena Yakobus dan
Yohanes serta Petrus adalah "Rasul Inti” yang paling dekat dengan YESUS,
maka kedua kakak-beradik itu mempunyai ambisi kekuasaan untuk selalu
dekat dengan Sang Raja KRISTUS.
Itulah yang ditulis Penginjil Matius hari ini: Ibu kedua kakak beradik itu sujud
di hadapan YESUS dan memohon kepada-NYA: “Berilah perintah supaya
kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-MU, yang seorang di
sebelah kanan-MU dan yang seorang lagi di sebelah kiri-MU” (Mat.20: 21).
Namun, menurut Penginjil Markus, sebenarnya bukan ibu Yakobus dan
Yohanes yang memintakan jabatan itu, melainkan mereka berdua yang
berkeinginan dan memohon langsung kepada YESUS (lihat Mrk. 10: 35-37).
Terlepas dari siapa yang mempunyai inisiatif untuk meminta jabatan penting
itu, pada saat itu TUHAN YESUS langsung meng-koreksi persepsi mereka yang
keliru. DIA lalu menantang mereka, apakah sanggup akan "meminum cawan
yang harus KU-minum”. Mereka menyanggupi. Tetapi YESUS menekankan lagi:
“Cawan-KU memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-KU
atau di sebelah kiri-KU, AKU tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan
kepada orang-orang bagi siapa BAPA-KU telah menyediakannya” (Mat.20: 23).
Gara-gara omong tentang kekuasaan, para Rasul yang lain protes kepada
kedua rekannya itu. Dan di sinilah YESUS lalu meletakkan prinsip dasar bagi
mereka yang mau menjadi pemimpin, pejabat atau orang penting:
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hambamu, sama seperti ANAK MANUSIA datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-NYA
menjadi tebusan bagi banyak orang” (ayat 26-28).
Bagaimana prinsip dasar kepemimpinan YESUS itu kita laksanakan pada zaman
sekarang? Masih relevan? Ataukah “polusi kekuasaan” sudah menjangkiti
pemikiran kita juga, hingga kita juga dengan "enteng" mengabaikan etika dan
moralitas, hanya demi kekuasaan?
Hari kematian YESUS di kayu salib secara drastis membuyarkan ambisi
kekuasaan yang mungkin juga dimiliki oleh para murid yang lain juga. Tetapi
melalui penampakan-penampakan-NYA sesudah Kebangkitan-NYA, TUHAN
YESUS secara sabar dan perlahan membimbing para murid-NYA untuk
memahami, menyadari dan menghayati apa tujuan sesungguhnya menjadi
murid KRISTUS, yakni melayani sebagai hamba, berani berkorban dan mau
menjadi orang yang terakhir. Berkat semua bimbingan-NYA dan terutama
berkat ROH KUDUS yang telah membuka wawasan mereka serta memberikan
penerangan, kekuatan, nasihat dan tuntunan-NYA, maka Rasul Yakobus
mampu menjadi seorang Rasul KRISTUS yang terkenal beriman teguh dan
sangat setia, bersemangat baja dan bersikap terus terang. Dia disebut
"Yakobus Tua," hanya untuk membedakan Rasul yang lain, yaitu "Yakobus
Muda," seorang petani, anak Alfeus, dan masih saudara sepupu YESUS.
Yakobus Tua adalah kakak Yohanes, ayah mereka bernama Zabedeus. Mereka
adalah keluarga nelayan. Bersama dengan Petrus dan Andreas serta Filipus
mereka itulah yang merupakan murid pertama yang dipanggil YESUS. Petrus,
Yakobus dan Yohanes adalah tiga “Rasul Inti” yang sangat dekat dengan Guru
mereka. Mereka bertiga yang boleh masuk ke rumah Yairus, ketika YESUS
membangkitkan anak Yairus yang sudah mati. Mereka bertiga juga yang
menyaksikan Kemuliaan YESUS (transfigurasi) di Gunung Tabor. Demikian pula
ketika di Taman Getsemani, tiga Rasul itu yang menemani YESUS di dekat-
NYA, tetapi mereka malah ketiduran. Kelak sesudah YESUS naik ke Surga,
Yakobus inilah yang merupakan martir pertama di antara para Rasul. Dia
dijatuhi hukuman pancung oleh Raja Herodes Agripa I.
Kebesaran seorang murid KRISTUS, bukan karena kehebatannya, melainkan
karena anugerah dan kemurahan hati-NYA. Itulah yang diakui secara jujur oleh
Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama. Kebesaran Paulus tidak terletak pada
kemahiran berbicara atau kemampuan otaknya, melainkan karena
"kemurahan ALLAH”. Dia mengakui bahwa harta rohani yang luar biasa dari
KRISTUS itu berada dalam “bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan
yang melimpah-limpah itu berasal dari ALLAH, bukan dari diri kami” (2Kor.4:
7). Paulus mau dan rela menyatukan dirinya dengan sengsara dan kematian
KRISTUS, karena ia merasa bukan siapa-siapa dan apa yang dialaminya belum
sebanding dengan Sengsara-NYA. Ia merasa beruntung kalau boleh ambil
bagian dalam sengsara dan kematian-NYA. Dengan demikian kelak ia dapat
dibangkitkan pula oleh KRISTUS. Kesadaran inilah yang juga dimiliki oleh Rasul
Yakobus dan para murid serta para pengikut YESUS yang setia kepada-NYA.
Bagaimana dengan kita sendiri?
Ya YESUS, bimbinglah aku dengan ROH KUDUS-MU, agar aku menyadari
kelemahanku dan berusaha kuat untuk mampu melayani dan berkorban untuk
orang lain. Santo Yakobus, sertailah aku dalam menjalankan pekerjaan dan
misi pelayananku. Amin