BROT

Bimbingan Rohani Online

BROT Juni 2024

Blog Single

Seratus Kali Lipat

Injil : Markus 10: 28-31

SEORANG anak kecil datang kepada ibunya menyerahkan surat.

Ibunya menerima dan membaca tulisan anaknya.

“Mama sayang, disuruh mama menyapu lantai, upahnya sepuluh ribu.

Disuruh mama mencuci piring, upahnya sepuluh ribu. Disuruh mama

mencuci baju, upahnya duapuluh ribu. Disuruh mama menjaga adik,

upahnya sepuluh ribu. Kalau dijumlah utang mama hari ini adalah

limapuluh ribu.”

Ibunya tersenyum dan menulis balasan di balik kertas itu. Lalu

dikembalikan kepada anaknya. Anak itu membaca surat balasannya.

“Sembilan bulan mama mengandungmu, cinta mama gratis.

Penderitaan saat mama melahirkanmu, cintaku gratis. Tiap hari mama

menyusuimu, cintaku gratis. Tiap malam mengganti popokmu, cinta

mama gratis. Tiap hari mama menyiapkan makan, minum, baju dan

sepatu, cinta mama kepadamu gratis. Kalau dijumlahkan semua cinta

mama gratis.”

Anaknya menangis dengan air mata menetes di pipinya. Ia merasa

tidak ada apa-apanya segala tindakan yang dilakukan jika dibandingkan

dengan cinta mamanya.

Petrus berkata kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala

sesuatu dan mengikuti Engkau.” Kalimat itu nampaknya belum selesai.

Mungkin kalimat selanjutnya adalah, “Apa yang akan kami dapat dari-

Mu?”

Ada pamrih di dalam setiap tindakan kita kepada orang lain, bahkan

untuk Tuhan pun juga begitu. Saya mendapat apa jika saya mengikuti

Engkau dan meninggalkan segala sesuatu?

Ada hitung-hitungan untung rugi yang kita ajukan. Ini yang namanya

"do ut des."

Tuhan mengasihi kita tidak memakai hitung-hitungan. Seperti cinta

seorang ibu kepada anaknya, semuanya diberikan dengan gratis alias

cuma-cuma. Tuhan memberikan berlipat-lipat karena kasih-Nya kepada

kita.

“Pada masa ini juga ia akan menerima seratus kali lipat, dan di masa

datang ia akan menerima hidup yang kekal,” demikianlah jaminan

Tuhan kepada orang yang berani mempersembahkan hidupnya.

Sayangnya, kita sering membuat perhitungan pada Tuhan. Tidak ikhlas

waktu “terbuang” untuk berdoa dan beribadah pada Tuhan. Pergi ikut

ekaristi di gereja dianggap sebagai buang-buang waktu dan tidak dapat

apa-apa.

Kalau begitu apa yang dikatakan Yesus juga berlaku bagi kita. “Banyak

orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir

akan menjadi yang terdahulu.”

Kalau kita mendahulukan diri sendiri, kita akan menjadi yang terakhir.

Tetapi kalau kita mendahulukan Tuhan, dan berani menempatkan diri

kita di urutan yang terakhir, Tuhan akan menempatkan kita terdahulu.

Dari Bangkok menuju Pattaya,

Ada gadis cantik ternyata ngebass suaranya.

Allah hanya ingin mengasihi kita.

Cinta-Nya kekal untuk selamanya.

Don Mueang, jalan-jalan bersama